manusiawi


menyembuhkan-lukaDemokrasi, sebuah alat yang katanya dapat membuat kita meraih tujuan untuk mewujudkan rakyat yang makmur sejahtera. Salah satu sistemnya: pengalihan hak untuk memilih pemimpin dari tangan penguasa yang otoritas ke tangan rakyat. Dengannya diharapkan akan memudahkan untuk mencapai tujuan tadi. Disinyalir rakyat akan tahu dan memilih mereka yang dianggap mampu menyususun strategi dan mengarahkan untuk mewujudkan tujuan.
Tujuan mewujudkan masyarakat yang sejahtera, dengan demokrasi sebagai alat, semua baru akan dapat tercapai ketika masyarakat seluruh Indonesia, tanpa terkecuali (termasuk pemerintah) mampu menjalankan sistem itu bukan hanya sekedar menjalankan. Namun, menjadikannya hal penting yang harus dijalankan dengan sesempurna-sempurnanya, dengan perhatian yang maksimal dan seksama.
Inilah yang agaknya perlu kembali diendapkan dalam diri dan diapresasikan dengan tindakan, mengingat pemilu menanti di kamis tanggal 9 ini, mengingat berpuluh-puluh partai dengan seabrek kandidat untuk berbagai macam tujuan kursi kelembagaan dan jenjang kursi pemerintahan menanti dicontreng dan membujuk dengan berbagai cara. Mereka teramat menyadari suara kita teramat berharga, sedang kita menganggapnya biasa saja. ada pula yang menganggap terlalu berharga dan tak rela memberikannya.ditutupi rasa muak, bosan dan tak bisa lagi mencoba untuk percaya. (lebih…)

memanusiakan-manusia1Ketika kita ‘mahasiswa’ mengecam UU BHP yang dianggap akan menghancurkan pendidikan Indonesia. UU BHP yang dianggap tidak sesuai dengan filosofi pendidikan dan UU BHP yang akan menghilangkan hak pendidikan orang-orang yang tak mampu. Ada baiknya kita kembali merenungkan makna dan tujuan pendidikan itu di tingkat yang paling dasar. Mungkin saja kita akan menyadari pendidikan itu mungkin saja telah terancam sejak dulu dan UU BHP hanya bagian dari proses panjang penyelewengan makna pendidikan itu sendiri.
Kebanyakan orang berpendapat pendidikan adalah proses pengajaran yang kemudian diakhiri dengan beberapa ujian. Padahal pengajaran hanyalah bagian kecil dari pendidikan itu sendiri. Ia hanya alat untuk mencapai tujuan dari pendidikan. Begitu pula UU BHP. Ia hanyalah bagian dari alat yang dipakai untuk mencapai tujuan utama pendidikan. Sistem yang seharusnya digugat ketika ia diragukan untuk menambah keuntungan untuk mencapai tujuan pendidikan. Sistem yang seharusnya digugat ketika ia memiliki potensi besar menghancurkan dan menghambat tujuan pendidikan.
Pendidikan menurut salah seorang filsuf, Freire adalah proses ‘memanusiakan’ manusia. Secara sederhana, pendidikan bisa berarti usaha memaknai dan mewujudkan untuk mencapai potensi terbaik kehidupan manusia. Untuk menjadi manusia yang “manusia”, dalam artian manusia yang memiliki ilmu pengetahuan dan peka terhadap sekitar karena ilmu pengatahuannya itu. (lebih…)

Hari ini. UNP mewisuda mahasiswa lagi. saya terbangun karena bunyi klakson yang berisik. karena rasa ingin tahu, dengan lunglai saya memaksakan diri berjalan terhuyung-huyung menuju jendela. masih belum jam tujuh pagi tapi jalan dalam kampus unp sudah padat. Suatu kemacetan rutin saat perhelatan wisuda. sudah menjadi tradisi di UNP, ketika wisuda sekian banyak keluarga ikut menghadiri perhelatan wisuda itu. bahkan ada yang sampai lebih dari satu mobil ukuran besar.
Siang harinya dari reporter Ganto yang ditugaskan untuk meliput acara wisuda itu, saya mendapat kabar jumlah wisudawan kali ini lebih dari 3000 wisudawan.
Saya menyempatkan diri untuk melihat sekilas ke beberapa fakultas yang menyelenggarakan acara wisuda di masing-masing fakultas seusai perhelatan wisuda bersama di GOR UNP, sekaligus menyapa dan mengucapkan selamat kepada beberapa kenalan yang diwisuda.
walaupun saya ragu selamat atas apakah yang telah saya ucapkan pada mereka. (lebih…)

Saya bukan termasuk orang yang sering menangis.ama seperti kebanyakan orang, saya menganggap menangis itu adalah suatu tanda bahwa saya lemah. Sehingga acap kali sya berusaha menahan tangis walaupun dada terasa sesak. Namun, ada kalanya tangis itu tak lagi dapat ditahan, ketika hati benar-benar merasa remuk dan emosi begitu meluap. Rasa inilah yang sering saya rasakan dua bulan terakhir ini. Dua bulan terakhir ini pulalah yang menjadi bulan tersering saya menangis sejak terakhir terjadi 7 tahun yang lalu. (lebih…)

iklan-sampo-para-calegMendekati pemilihan calon anggota legislatif (caleg), pemandangan yang semakin menjamur adalah foto-foto caleg yang bertebaran dimana-mana dalam bentuk segala rupa. Para caleg itu menebarkan dengan sangat percaya diri foto mereka. Namun, apakah mereka benar-benar telah memperkenalkan diri mereka? secara logika tidak. Tapi ternyata, itu bisa efektif di zaman demokrasi Indonesia saat ini. Walaupun cara ini hanya mengenalkan imej semata tanpa ada jaminan itulah gambaran diri sejati para caleg.
Menurut Sokrates dan Plato (pada abad ke-5 SM), diri sejati seseorang bukanlah tampakan rupa atau imej seseorang. Wajah bisa saja rupawan, penampilan bisa saja keren. Namun, itu semua hanya polesan seni rias semata. Tubuh bisa berotot, garis tubuh bisa sportif. Namun, semua itu bisa saja diperoleh lewat semua hasil seni menjaga tubuh lewat kebugaran atau bedah kosmetik.
Sebenarnya Plato telah mengembangkan seni merawat jiwa, platonisian. Dilain sisi pengembangan seni rias dan seni olah tubuh adalah spesialisasi kaum sofis. Awalnya kaum sofis_diambil dari kata sophos yang berarti orang bijak. Namun, kata ini kemudian menjadi negatif karena ternyata kaum sofis hanya “tampaknya” saja bijak. Mereka mengembangkan kepandaian dan nasehat-nasehat bijak mereka hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar politik Athena masa itu. Sayangnya,kaum ini hanya berorientasi terhadap kesuksesan berpolitik semata, bukan untuk membuat politik menjadi lebih baik. (lebih…)

menjadi-cantik2ada satu joke favorite saya dari film murder of crowsnya Cuba Gooding, Jr :
Adam :Tuhan kenapa kau menciptakan eve (Hawa) begitu cantik dan begitu indah?
Tuhan : Ya supaya kamu bisa mencitainya, Adam
Adam : Tapi Tuhan, kenapa Kau menciptakan Eve (HAwa) begitu bodoh?
Tuhan : Ya supaya dia bisa mencitai kamu Adam.

Mungkin kita_sebagai perempuan akan berpikir
“kurang ajar, enak saja, kita dibilang bodoh. But look at the bright side, kita…., konon…., (dibuat) bodoh supaya bisa mencintai seorang “Adam”, kan?:
Teman saya, laki-laki, pernah mengatakan kalau menurutnya laki-laki adalah makhluk visual. Jadi kecantikan seorang perempuan itu adalah faktor penting untuk membuat mereka jatuh cinta. Walaupun pada akhirnya dia mengatakan kecantikan yang dimaksudkan di situ adalah (lagi-lagi) relatif menurut individu setiap laki-laki. (lebih…)